Aku ingin seperti R.A. Kartini

Aku ingin seperti R.A. Kartini
Siapa yang tidak kenal R.A. Kartini, seorang pahlawan nasional Indonesia, penggagas persamaan hak wanita terhadap pria (baca: emansipasi). Perjuangannya demi mewujudkan cita-citanya sampai titik darah penghabisan. Hmmm, she is a hero…….
Aku ingin seperti kartini. Memperjuangkan hak dan cita-citanya. Yakin dan percaya akan apa yang diinginkannya sekalipun banyak yang menentang. Bukan demi menjadi pemberontak ataupun sekedar pendobrak aturan yang ada. Hanya sekedar memegang teguh apa yang aku pikir itu benar. Tapi aku bukan kartini. Tidak bisa menjadi apa yang selama ini aku inginkan. Hmm, memilih jalan yang kita inginkan memang tidak semudah yang dibayangkan. Karena ada orang yang lebih berhak menuntun langkah kita melebihi diri kita sendiri. Tanpa bermaksud menyalahkan kedua orang tuaku, aku ingin meluapkan apa yang ada dibenakku selama ini. Aku adalah mahasiswi salah satu akademi kebidanan terpandang di Jakarta. Saat ini aku sudah semester 6. Memang, sangat terlambat untuk menyadari bahwa jalan yang aku tempuh selama ini adalah keliru. Tapi, aku ingin seperti kartini. Demi memperjuangkan apa yang aku anggap benar, aku sedikit berbelok dari tuntunan orang tuaku selama ini. Ibuku ingin punya anak bidan, katanya itu adalah masa depanku. Dan aku sebagai kepompong yang harus bermetamorfosis saat ini juga, tidak bisa menentukan apakah tetap ingin menjadi ulat atau berubah menjadi kupu-kupu yang indah.
Ibuku Cuma orang tua yang ingin anaknya berkembang, dengan anggun memperlihatkan keindahan sayapnya pada semua orang. Tapi tahukah kau ibu, apakah anakmu ini bahagia dengan menjadi kupu-kupu dengan sayap indahnya? Atau hanya ingin menjadi ulat sutra yang bahkan orang-orangpun enggan untuk meliriknya?
Aku ingin seperti kartini, menjadi wanita hebat dengan cita-citanya yang tinggi. Mengabaikan cemoohan orang dan pandangan orang serta ketidaksetujuan orang tua tentang cita-cita yang mustahil ia raih. Aku sangat ingin membanggakan dan membahagiakan orang tuaku. Demi mewujudkan mimpi mereka, aku telah merelakan cita-citaku kian menjauh selama hampir 3 tahun ini. Aku bercita-cita menjadi penulis, tapi ibu mau salah satu anaknya menjadi bidan. Aku adalah anak ke-5 dari 5 bersaudara. Memiliki 3 kakak perempuan dan 1 kakak laki-laki. Ke 3 kakak perempuanku telah selesai menempuh pendidikan sarjananya dan sudah pasti terlambat untuk bisa mewujudkan harapan ibuku, sedangkan kakak laki-lakiku yang jelas-jelas sama sekali tidak bisa diharapkan. Akhirnya harapan itu bertumpu padaku, si anak bungsu. Ini tahun ketigaku, membiarkan cita-cita itu terbang menjauh pelan-pelan dan hampir hilang secara perlahan. Kata mereka, cita-citaku tidaklah menjanjikan masa depan. Karena itu menulis hanya kujadikan hobby selama hampir 3 tahun belakangan ini. kesibukan dan rutinitas kuliah membuatku mulai sedikit melupakan cita-cita lamaku. Mungkin karena 3 tahun yang lalu aku masih terlalu belia untuk bisa memperjuangkan cita-citaku, untuk bisa meyakinkan orang tuaku bahwa kekhawatiran dan ketidaksetujuannya akan cita-citaku tidaklah beralasan. Tapi saat itu bahkan kartini masih berusia 12 tahun. Dia bisa dan berani mewujudkan apa yang diinginkannya sampai akhirnya dia melanhjutkan sekolahnya di Betawi, meski agak melenceng dari keinginannya yang semula yaitu melanjutkan sekolah di Belanda. Dia bahkan berhasil mendirikan sekolah perempuan di masa itu. Tuhan, mengapa aku tidak memiliki keberanian sebesar kartini?
“Hidup itu akan indah dan berbahagia apabila dalam kegelapan kita melihat cahaya terang”, salah satu kalimat kartini yang mengena dihatiku. Membuatku kembali berjuang untuk 3 tahun yang telah terbuang.
Hari ini aku menulis lagi. Untuk kesekian kalinya. Mencoba dan terus mencoba menghasilkan sesuatu yang disebut indah. Yach, meski dengan hasil yang belum maksimal. Semua karyaku masih belum bisa disebut indah. Intinya belum ada unsur seninya. Hmm, benar-benar merasa iri dengan orang-orang yang pandai menulis. Bisa menggambarkan sesuatu cuma lewat tulisan tanpa harus melukiskan apa yang ada dibenaknya, benar-benar cukup dengan tulisan. Ahh, aku sungguh ingin seperti kartini……
*****10 agustus 2010***

0 komentar:

Posting Komentar

Timeline

follow!!!