I have nothing idea about 'jodoh'. Terkadang itu terasa sangat menyebalkan. Kita bahkan gak harus terlalu memikirkannya meski orang di sekitar kita sering mempertanyakannya. Beberapa waktu belakangan ini rasanya seperti saat bulan-bulan pertama ditinggal Ibu.
Gak ada ide untuk mencari ibu lain. Persis seperti itu situasinya.
Mana mungkin ide mencari Ibu baru adalah solusinya.
Yes, solusi 'kehilangan arah' aku menyebutnya.
Untuk beberapa saat, hidup benar-benar tak tentu arah. Semacam gak ada 'misi' lagi.
M*g* seperti Ibu untukku. Pusat dunia setelah Ibu pergi. Tempat di mana aku ingin berbagi seluruh hidup. Tempat yang selalu membuatku ingat pulang. Tempat dimana aku ingin berkeluh-kesah. Tempat menenangkan dan membuatku nyaman.
Begitu pikirku.
Gak ada ide untuk mencari ibu lain. Persis seperti itu situasinya.
Mana mungkin ide mencari Ibu baru adalah solusinya.
Yes, solusi 'kehilangan arah' aku menyebutnya.
Untuk beberapa saat, hidup benar-benar tak tentu arah. Semacam gak ada 'misi' lagi.
M*g* seperti Ibu untukku. Pusat dunia setelah Ibu pergi. Tempat di mana aku ingin berbagi seluruh hidup. Tempat yang selalu membuatku ingat pulang. Tempat dimana aku ingin berkeluh-kesah. Tempat menenangkan dan membuatku nyaman.
Begitu pikirku.
Kemudian saat dia menemukan 'tempat nyaman' untuknya, dan itu bukan aku. Aku berhenti, terpaksa berhenti, harus berhenti! Karena ini batasnya.
Ini bukan sekadar 'patah hati'. Aku kehilangan 'lentera'. Lentera yang memberikanku cahaya. Padahal aku selalu mengikutinya bertahun-tahun. Ternyata itu adalah lentera untuk orang lain. Aku yang salah arah.
Ya, aku yang salah.
Lalu aku bingung karena sudah terlalu jauh dari mana-mana. Terlalu gelap dan sunyi bila aku menuju ke arah sebaliknya. Aku memutuskan berhenti di tempatku berdiri, sambil tetap mencoba mencari 'lentera' lain.
Berharap dan terus berharap.
Aku berharap 'lentera' itu akan mengenaliku, mencariku, dan tak berhenti di tempat sepertiku.
Ini bukan sekadar 'patah hati'. Aku kehilangan 'lentera'. Lentera yang memberikanku cahaya. Padahal aku selalu mengikutinya bertahun-tahun. Ternyata itu adalah lentera untuk orang lain. Aku yang salah arah.
Ya, aku yang salah.
Lalu aku bingung karena sudah terlalu jauh dari mana-mana. Terlalu gelap dan sunyi bila aku menuju ke arah sebaliknya. Aku memutuskan berhenti di tempatku berdiri, sambil tetap mencoba mencari 'lentera' lain.
Berharap dan terus berharap.
Aku berharap 'lentera' itu akan mengenaliku, mencariku, dan tak berhenti di tempat sepertiku.
Untuk para sahabat yang telah menemukan lenteranya, congratulations 'gaeeeeeess'. Kalian layak mendapatkannya.
Aku yang belum layak...
Semoga lentera kalian selalu menyala dan menyilaukanku. Sehingga aku tidak merasa terlalu dingin di sini, di tempatku berdiri.
Ah kalian membuatku tersenyum iri.
Ah kalian membuatku tersenyum iri.
0 komentar:
Posting Komentar